KEJADIAN 21:14-21
ALLAH MENEPATI JANJINYA
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah
Rumah Tangga
Rabu, 1 Agustus 2018
PENGANTAR
Akhirnya Tuhan menepati janjinya kepada Abraham. Sara melahirkan
seorang anak pada usia 90 tahun dan diberi nama Ishak. Pada waktu itu Abraham
berumur 100 tahun ketika Ishak lahir (ay.5). Nama Ishak berasal dari bahasa
Ibrani: יִצְחָק, (baca: Yiẓḥaq) yang berarti "ia
tertawa".
Kisah ini berlanjut ketika Ishak mulai masuk pada
tahapan disapih (ay.8) dan Abraham
melakukan perjamuan besar. Seorang anak umumnya akan mulai disapih atau dihentikan proses menyusui pada ibunya ini, sekitar
usia 2 tahun. Di sinilah persoalan dimulai, yakni ketika Sara melihat Ismael (bahasa Ibrani: יִשְׁמָעֵאל,= Yishma'el = "didengar
oleh Allah"), anak
Hagar bermain dengan Ishak. Sara meminta Abraham agar mengusir Hagar dan
anaknya itu (ay.10).
Walaupun sangat menyebalkan permintaan Sara ini, namun
Abraham menyanggupinya karena rencana itu disetujui oleh Allah dengan janji
penyertaan bagi Ismael dan menjadikannya bangsa yang besar pula (ay.11-13).
TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting dari bacaan ini untuk
kita gali bersama dan kemudian merenungkannya, yakni:
1.
Abraham patuh kepada Allah
dan memaklumi Sara (ay.14)
Silakan bayangkan kondisi hati
Abraham saat itu!! Ketika dengan berat hati ia mengangkat Ismael ke bahu Hagar
dan melepas darah dagingnya pergi bersama ibunya. Keduanya pergi bukan karena
ada tujuan dan rencana. Mereka pergi karena diusir oleh Sara melalui Abraham.
Dengan berat hati Abraham melepas mereka dengan memberi bekal berupa roti dan sekirbat air. Istilah Kirbat berasal dari serapan
bahasa Arab. Di dalam Alkitab dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani: חֵמֶת (baca: Khemet) yang merupakan
kantong terbuat dari kulit untuk dipakai menampung atau minyimpan air jika
sedang dalam perjalanan. Jaman modern saat ini mungkin setara fungsinya dengan
botol minuman.
Mengapa Abraham tega melakukannya? Saya yakin sesungguhnya
Abraham tidak tega. Namun demi menjaga hati istrinya yakni Sara ia terpaksa
harus melakukannya. Sara adalah istri sahnya. Itulah sebabnya nama Sarai (bahasa
Ibrani: שָׂרַי/שָׂרָי, baca: Saray, yang berarti "Putriku") oleh Tuhan diganti Sara ( bahasa Ibrani: שָׂרָה, baca Sara yang berarti;
"Putri") atau di hadapan Abraham bermakna istriku. Berbeda dengan Hagar
yang hanya berstatus sebagai bundak/hamba ataupun kemudian menjadi selir atas
permintaan Sara (16:1-3). Jadi demi Istrinya, Abraham melakukan semua itu.
Dengan kata lain demi menjaga keharmonisan rumah tangga, ada yang harus
dikorbankan dan atau disingkirkan.
Abraham melakukannya juga bukan hanya
demi menyenangkan Istrinya, tetapi juga ketaatan kepada Allah. Perhatikan ayat
12!! Ternyata itu juga adalah perintah Tuhan. Bahwa adalah kehendak Tuhan
supaya Abraham melakukan permintaan Istrinya itu. Hal ini bermakna sangat
penting. Betapa luar biasanya ketaatan Iman Abraham kepada Allah. Ia tidak
mempertanyakan kehendak Allah yang “aneh” itu. Samasekali tidak. Ia langsung
mengerjakannya. Demi ketaatan kepada Allah dan memaklumi kondisi hati Istrinya,
Abraham menguatkan diri mengusir Ismael dan ibunya itu.
2.
Penderitaan Hagar (ay.15-16)
Bekal air sekirbat yang Hagar terima
dari Abraham akhirnya habis. Reaksi pertama dari Hagar adalah “membuang anaknya
ke bawah semak-semak (ay.15). Sebegitu parahkah kondisi tersebut? Mari
bayangkan membawa anak kecil dengan kondisi tanpa air. Berapa lama bertahan?
Mungkin satu hari penuh? Bisa jadi. Tapi rasanya sulit anak kecil bertahan di
gurun tanpa air selama satu hari, bukan? Berapa lama hagar berjalan tanpa air?
Sulit diprediksi. Namun kita dapat mengukur melalui kondisi Ismael anaknya.
Berapa usia Ismail pada waktu itu?
Mari kita telusuri bersama. Pada waktu Ismael lahir, Abraham berumur 86 tahun
(16:16). Selanjutnya ketika Ishak lahir, Abraham telah berumur 100 tahun
(21:5). Itu berarti usia Ismael ketika Ishak lahir adalah 14 tahun. Peristiwa
Hagar di usir bersamaan dengan disapihnya Ishak yang berumur kira-kira 2 tahun.
Dengan demikian ketika peristiwa itu terjadi, Ismael bukan lagi anak kecil
namun hampir dewasa yakni berumur sekitar 16 tahun.
Umur seperti itu, harusnya mampu
bertahan tanpa minum hingga lebih dari sehari. Dan jika kondisi sangat payah
Ismael alami dan mungkin saja tak sadarkan diri karena dehidrasi sehingga
dibuang disemak-semak (bnd, ay.16), itu berarti mereka berjalan tanpa minum
sudah lebih dari dua hari. Bayangkan penderitaan padang gurun tanpa seteguk air
selama 2 hari perjalanan. Sudah pasti sangat menderita. Tidak heran jika
kemudian Hagar merasa putusa asa dan menangis dengan nyaring (ay.16).
3.
Tuhan itu adil dan tak ingkar
(ay.17-21)
Dalam keputusasaan itulah suara Tuhan
datang menghampiri dan menyapa dengan janji yang menenangkan (ay.17). Di tengah
kegundahannya, TUHAN hadir tepat waktu dan memberikan apa yang sangat ia dan
Ismael butuhkan yakni air untuk hilangkan dahaga (ay.19). Bukan itu saja,
diakhir perikop ini kita menemukan bahwa janji Abraham kepada Ismael di ayat 12
ditepatiNya. Ismael tetap hidup dan bahkan membangun keluarga (ay.20-21) yang
kelak menjadi bangsa yang besar.
Benarlah, bahwa Allah tidak ingkar
janji. Bukan itu saja, Allah berlaku adil bagi turunan Abraham walaupun ia
bukan anak perjanjian. Keadilan Allah nyata melalui pemeliharaanNya kepada
Ismael dan bagaimana kemudian Ismael diselamatkan dari kematian di padang gurun
itu. Terkesan bahwa Ismael dibuang, tetapi sesungguhnya rencana Allah tetap
berlaku bagiNya. Yah, rencana yang indah pada waktunya.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian atau telaah perikop di atas, maka terdapat beberapa
hal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita saat ini:
1. Perlu bagi kita untuk bersikap secara bijak
dan arif seperti Abraham. Bahwa keluarga adalah lingkaran terdekat dan utama.
Dalam kasus Abraham berarti Sara dan Ishak. Tetapi juga Abraham tidak melupakan
darah dagingnya sendiri yakni Ismael. Sehingga walaupun harus diusir, itu hanya
ia lakukan jika ada jaminan dari Tuhan.
Di sisi lain, ini bukan soal tega dan tidak tega. Ini
juga bukan soal menyenagkan Sara dan supaya tidak membuat masalah. Tapi lebih
daripada itu, ini adalah ketaatan kepada Allah. Memang ide mengusir Hagar
datang dari Sara, tetapi sesungguhnya atas seijin dan perintah Tuhan untuk
Abraham. Ketaatan yang penuh dilakukan oleh Abraham walaupu berat hati.
Dunia menawarkan banyak pilihan dalam kehidupan ini.
Pilihan yang paling menggoda adalah rasa nyaman dan nikmat hidup. Hal yang paling
sulit dilakukan adalah memilih taat kepada Allah tetapi kehilangan kenyaman
tersebut. Sebagaimana Abraham gusar dan kesal ketika harus mengusir Hagar,
tetapi memilih taat kepada Allah. Bukankah adalah lebih bijak untuk memilih
kehendak Allah sambil meyakini pada janji dan penyertaanNya? Abraham memilih
hal tersebut.
2. Sudah terbukti dan teruji bahwa TUHAN Allah
yang kita sembah tidak pernah ingkar janji. Abraham tidak pernah tau nasib apa
yng terjadi bagi Ismael. Tetapi Tuhan ternyata punya rencana yang baik bagi peristiwa
yang tidak menyenangkan itu.
Mengapa harus ragu, jika ternyata Allah tidak pernah
ingkar janji. Ia adalah Allah yang peduli bagi Hagar dan Ismael, maka ia juga
adalah Allah yang peduli bagi kita yang memanggilnya Bapa dalam Kristus Yesus. PertolonganNya
tidak pernah terlambat dan sesuai dengan apa yang kita perlu sebagaimana
diberikan sumur bagi dahaga ibu dan anak itu. Kitapun seharusnya juga
mempercayai janji Tuhan dalam hidup kita. Bahwa kendatipun terkesan tak indah
dan penuh dengan masalah dalam hidup sekalipun, yakinlah bahwa rancangan
akhirnNya adalah damai sejahtera.
Sebagaimana Hagar belum tahu ending hidupnya bersama
Ismael sehingga mengeluh dan menangis dengan kerasnya, demikian juga kita.
Acapkali goyah dan bertanya tentang janji manis yang Tuhan ucapkan tetapi
kenyataannya kesukaran yang kita alami. Percayalah, Tuhan tidak ingkar janji.
Kita belum tahu ending dari kisah hidup kita. Yang pasti adalah damai
sejahtera.
Kiranya kita dimampukan untuk menyakini kuasa Allah yang peduli itu.
Amin.
No comments:
Post a Comment