Saturday, November 9, 2019

YOSUA 24:22-28


Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 13 November 2019

Pendahuluan
Kisah ini terjadi disaat Israel telah berhasil menduduki dan mendiami Tanah Perjanjian beberapa waktu lamanya, dan di saat itu, pepimpin mereka, yakni Yosua telah menjadi tua dan lanjut umurnya (bd.23:1). Merasa bahwa masa tugasnya hampir berakhir, dan kematiannya sudah dekat maka Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel termasuk para pemimpin tiap suku2nya untuk menyampaikan pidato perpisahan.

Dalam tradisi Israel, sebagaimana bangsa2 purba pada umumnya, pidato perpisahan seorang pemimpin yang berisi nasehat, ucapan berkat, wejangan hikmat dll, adalah wajar dan selalu dilakukan sebelum sang pemimpin meningalkan para rakyatnya (bd. Kej.49; Ul.32,33). Pidato perpisahan Yosua ini terbagi dua bagian, yang pertama di pasal 23 dan bagian kedua dipasal 24. Yosua 24:1-28 ini bukan hanya berisi pidato perpisahan Yosua tapi juga berisi pembaharuan perjanjian Umat Israel kepada Allah yang pernah mereka lakukan di Sinai, yang saat ini dibaharui di Sikhem.

Mengapa perlu diperbaharui? Karena Yosua mendapati bahwa dalam perjalanan waktu, umat telah menghianati janji setia mereka dan banyak melakukan kesalahan kepada TUHAN sehingga mereka jatuh ke dalam dosa (bd. Misl pasal 7 dll). Untuk lebih jelasnya, walau bacaan kita sesuai SBU membatasi pada ayat 22-28, ada baiknya kita melihat keseluruh perikop sebagai suatu kesatuan yang utuh supaya mudah dimengerti.

Eksegese Teks
(ay.1) Yang dipanggil oleh Yosua untuk membaharui perjanjian mereka dengan Allah adalah semua orang.

(ay.2-13) ayat 2a merupakan bagian Pembukaan yang menekankan siapa pembuat pejanjian itu yakni TUHAN Allah Israel. Selanjutnya ayat 2b-13 berisikan tentang kilas balik tentang Kasih Setia TUHAN yang telah dilakukanNya bagi umat Israel, mulai dari nenek moyang mereka Abrahan (bd. ay.2b) hingga mereka sampai dan mendiami serta menikmati Tanah Perjanjian yang diberikan TUHAN Allah mereka kepada umat perjanjian-Nya (bd. ay.13). Maksud dari prolog historis ini adalah untuk mengingatkan umat Israel tentang berbuatan Allah bagi mereka, kebaikan, kesetiaan dan kemurahan TUHAN Allah yang tak berkesudahan bagi mereka.

(ay.14-15) Setelah seluruh alur mundur ini disampaikan sebagai suatu kisah dan kesaksian bagi umat Israel tentang siapa TUHAN Allah mereka itu, maka Yosua menyampaikan ketentuan yang merupakan ketetapan Allah untuk mereka kerjakan dan laksanakan. Hal yang dituntut TUHAN Allah bagi umat Israel melalui pidato Yosua ini adalah janji setia umat untuk hanya beribadah kepadaNya, sebagaimana kesetiaan-Nya yang tak pernah luntur bagi umat kepunyaan-Nya. Umat dituntut untuk menjauhkan allah lain seperti allah nenek moyang mereka dulu beribadah, baik di seberang sungai efrat maupun di mesir (bd. Ay.14).

Menarik untuk disimak bahwa Yosua cukup bijaksana untuk mengetahui bahwa ada kemungkinan untuk memilih beribadah (bd. ay.15). Umat Israel diminta untuk membuat pilihan dari 3 (tiga) pilihan “sesembahan” yang nantinya sebagai pusat beribadahan mereka. Pilihan-pilihan itu adalah:
-          allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat; 
-          allah orang Amori yang negerinya kamu diami; 
-          atau beribadah kepada TUHAN Allah. Umat diberikan kesempatan untuk menjatuhkan pilihan.

Sebelum umat menyatakan pilihan mereka, Yosua dengan mantap menyatakan pilihannya yang pasti dan tidak dapat diganggu-gungat: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (ay.15). Perhatikan kalimat ini, dan bayangkan cara Yosua mengucapkan pilihannya. Pastilah dengan suara lantang, dan ini yang penting, yakni dengan sikap berdiri di hadapan Allah (bd. Ay.1b). Pilihan itu berarti bukan sekedar pilihan tetapi sudah merupakan janji yang disampaikan di hadapan Allah.

(ay.16-18) Umat kemudian melakukan pilihan bahwa mereka pula tetap setia dan beribadah hanya kepada TUHAN Allah. Umat bukan sekedar membuat perjanjian, namun mengerti benar pilihan mereka itu lewat memberikan uraian alasan mengapa pilihan itu dilakukan, yakni mengaminkan apa yang dikatakan TUHAN melalui Yosua dalam prolog historis tadi (bd. Ay.17,18).
(ay.19-20) Tidaklah mudah untuk melaksanakan perjanjian seperti begitu mudah diucapkan lewat mulut. Yosua mengenal bangsa itu, sehingga ia mengajukan keraguannya, bahwa sulit bagi mereka untuk melakukan apa yang barusan diucapkan (bd.ay.19). Selanjutnya Yosua mengajukan tantangan, bahwa jika mereka ingkar janji dan selanjutnya meninggalkan TUHAN Allah dan beribadah kepada allah asing, maka TUHAN tidak akan mengampuni mereka, bahkan akan membalas mereka, meninggalkan mereka serta membinasakan mereka (bd. Ay.20).

Ia menyatakan bahwa TUHAN Allah itu kudus dan merupakan Allah yang cemburu, yang menuntut keseriusan, kesetiaan umat serta tidak memandang sepele ucapan janji itu. Adalah dosa tak terampuni jika mereka menghianati Allah. Pemahaman ini penting untuk diketahui umat.

(ay.21-28) Umat Israel menjawab tantangan itu dengan pasti: “…hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah”. Ketetapan hati umat ini dipastikan hingga 2x mengucapan janji (ay.24) dan mereka bersedia menjadi saksi bagi janji mereka sendiri. Itu adalah pilihan yang tepat. Selanjutnya mereka kembali ke kediaman mereka masing-masing (ay.28)

Aplikasi / Penerapan (untuk didiskusikan)
Beberapa hal barangkali bisa menjadi bahan pertimbangan untuk membuat aplikasi dalam khotbah nanti:

1.       Kita perlu merenungkan ulang perjalanan waktu tentang berbagai hal yang telah kita alami dan lakukan di 11 bulan perjalanan hidup kita di tahun 2019. Saatnya pula merenungkan pekerjaan TUHAN dalam hidup kita di hamper setahun berselang. Mengingat, merenungkan, perjalanan historis masing-masing hidup kita bersama TUHAN kita dapat menyimpulkan tentang siapa Dia dalam hidup masing-masing kita. Itulah yang dilakukan oleh Yosua di awal perikop bacaan kita.

Bagi Yosua, Allah adalah Pribadi yang Perkasa dan Agung. Hal itu terlihat dari bagaimana kisah-kisah perjalanan hidup Israel diputar ulang bagai nonton film flash back, melalui pidato Yosua. Kitapun perlu melakukan yang sama. Mengingat, mengungkapkan ulang tentang apa yang Tuhan buat dalam hidup kita supaya kita tidak melupakan berbuatanNya yang ajaib dalam hidup kita.
2.       Semua kita pasti setuju bahwa perbuatan-perbuatan Allah itu bagi kita disetiap perrjalanan hidup adalah bukti dari kebaikan Allah bagi kita. Namun tak jarang, kita melupakan Dia yang amat baik itu. Kita perlu membaharui “janji kesetiaan” kita lagi. Sebab nyatanya, banyak dari orang percaya yang mengalami kejatuhan dalam dosa dan melupakan kebaikan dan kemurahan Tuhan sebagaimana yang dilakukan oleh Israel.

Yosua berinisiatif membaharui janji mereka di hadapan Tuhan. Mungkin kisah itu kurang relevan bagi kita saat ini. Namun paling tidak, sudahkah kita sadari bahwa Allah yang baik itu tak jarang kita balas dengan perbuatan kita yang tidak baik? Maka perbaharuilah hidup kita supaya pantas disebut sebagai pribadi yang mengecap kemurahan kasih Allah.

Silakan tambahkan Aplikasi yang lain.

No comments:

Post a Comment