I PETRUS 1 : 3 – 12 (3-16)
BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU
16 November 2025
PENGANTAR
Surat ini
ditujukan kepada jemaat Kristen yang berstatus sebagai pendatang dan perantau
di daerah Asia Kecil di bagian utara. Mereka hidup di tengah kondisi dan
situasi masyarakat serta penguasa yang cenderung menolak bahkan memusuhi dan
menganiaya mereka. Sebab itu penulisan surat ini memiliki tujuan penting agar
jemaat sadar dan siap sedia dalam mengalami tantangan dan menanggung derita
oleh sebab iman kepada Kristus.
Pada 1:3-6, Rasul Petrus mengingatkan dan menguatkan bahwa segala penderitaan mereka tidak akan membuat mereka kalah karena kekuatan iman mereka terletak pada Kristus yang telah mengalami derita sengsara dan kematian dalam rangka menebus manusia dan mengampuni dosa manusia. Kristus yang telah bangkit dan menang atas maut menjadi sumber pengharapan setiap orang percaya akan kebangkitan dan kehidupan kekal yang jauh melebihi apapun juga. Kristus yang hidup, menyertai dan menguatkan umat-Nya dalam pengharapan iman mereka untuk tetap tekun dan setia sampai pewujudan kemuliaan sorgawi dinyatakan kepada mereka yang tekun beriman.
PEMAHAMAN TEKS
Petrus memuji
iman jemaat kepada Kristus, sebab iman mereka tidak didasarkan pada penglihatan
(1:8). Alasan inilah yang mendorong Petrus bertindak melalui suratnya untuk meneguhkan
dan menguatkan iman jemaat kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka tetap percaya dan
mengasihi Tuhan, meskipun di tengah berbagai penderitaan dan cobaan yang
dialami. Petrus mengatakan, sikap seperti ini hanya bisa dinyatakan oleh
orang-orang yang telah mencapai tujuan imannya (ay.9).
Pemahaman
ini penting untuk disadari sebagai pijakan iman orang percaya, bahwa oleh
karena anugerah Allah-lah maka keselamatan diperoleh. Petrus menegaskan tentang
prinsip sebagai pengikut Kristus, yakni siap bersaksi dan menderita, sebab
Kristus sudah lebih dulu memberi teladan hidup melalui karya pelayanan-Nya
hingga mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Petrus
kembali mengingatkan dasar ajaran tentang Kristus kepada jemaat, agar mereka
tidak ‘lemah iman’ / ‘memilih zona aman’ tetapi dengan iman kepada Kristus,
jemaat harus tetap teguh pada berita Injil yang sudah mereka terima. Jaminannya
jelas, yakni pemeliharan dari Kristus akan membuat setiap orang percaya berdiri
tegak, walaupun derita, cercaan, penganiayaan dirasakan, sebab dunia tidak
punya tempat untuk menghakimi anak Allah.
Penderitaan
didunia adalah bukti kehidupan nyata, ada banyak hal yang akan dihadapi,
berbagai pergumulan, penderitaan dan juga sukacita. Namun, yang perlu digaris
bawahi “Keselamatan adalah anugerah
kasih Allah yang harus direspon orang percaya dalam hidupnya”. Oleh karena
Roh Kuduslah, berita Injil dapat disebarluaskan, dan oleh karena Roh Kudus maka
tiap-tiap orang memberi diri dan menerima keselamatan (ay.11). Jadi jelas,
keselamatan disebut anugerah, karena semua terjadi atas inisiatif Allah, IA
yang merancangkan dan merencanakan. Hal itu dipersiapkan dan dinubuatkan jauh
hari sebelumnya kepada para nabi untuk disampaikan kepada umat Allah (ay.10).
Bahwa keselamatan dari Allah dianugerahkan melalui Anak-Nya yang tunggal dengan
cara penderitaan, kematian, kebangkitan dan kemuliaan-Nya untuk mematahkan
ikatan kuasa dosa dan maut.
Berita
tentang penyelamatan Allah atas dunia merupakan berita yang menakjubkan. Kasih
Allah adalah dasar keselamatan tersebut, dan Roh Kudus yang diutus membawa
berita itu, baik dimasa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (ay.11). Bagi
Allah, manusia sangat berharga, IA ingin berita tersebut terus disampaikan
kepada dunia sehingga banyak orang mengalami kasih-Nya yang besar.
Bagian
ini menjadi penting dalam rangka meneguhkan dan menguatkan iman percaya jemaat
yang tergoncang akibat penderitaan. Petrus juga memberikan peringatan bahwa jangan
sampai karena penderitaan, jemaat meninggalkan Kristus. Sekalipun dunia
menolak, tetapi Petrus mengingatkan jemaat akan apa yang sudah mereka terima.
Kalaupun mereka telah kehilangan sesuatu didunia karena beriman kepada Kristus,
namun PERCAYALAH DENGAN IMAN, bahwa mereka sudah menerima keselamatan jiwa
sebagai gantinya (ay.10).
Dengan
demikian, penderitaan yang dialami jemaat harus dipandang dari sudut iman,
yakni untuk memurnikan cara hidup beriman orang percaya (ay.7). Berarti,
peristiwa apapun yang terjadi berpotensi untuk menjatuhkan/mematikan iman, tetapi
juga berpotensi menumbuhkan iman kepada Kristus. Maka sebagai orang percaya,
dituntut untuk peka akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan juga tetap
waspada terhadap kuasa yang dapat menjatuhkan/mematikan iman kita. Dua
kemungkinan yang dapat terjadi sebagai respon penderitaan, yakni BERTUMBUH atau
JATUH.
Hal yang
perlu diingat, sekalipun Tuhan seolah membiarkan segala sesuatu terjadi dalam
kehidupan kita, bukan berarti Tuhan lepas tangan, atau membiarkan kita bergumul
sendiri. Tetapi, tangan kasih Tuhan
tidak kurang panjang merangkul tiap orang yang mengandalkan-Nya. Sebab, dalam
iman terkandung kekuatan Allah. Sebagaimana dikatakan pada ayat 5:”yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu”.
Berarti, beriman kepada-Nya akan menghasilkan kekuatan yang hanya dapat
diperoleh apabila iman itu bertumbuh dan berbuah. Jika orang percaya mampu
mengerjakannya, maka kekuatan dan tahan uji akan diperoleh, sehingga dunia
tidak akan mampu menggoyahkan identitasmu sebagai anak Allah.
Selanjutnya
terdapat hal penting yang perlu diperlihatkan sebagai kesaksian iman orang
percaya di tengah penderitaan iman mereka, apakah itu? Hidup dalam kekedusan
(ay.13-16). Hidup dalam kekudusan adalah kesaksian iman bahwa orang percaya
telah diselamatkan dan melekat pada Sang Maha Kudus. Jadi jika orang percaya
melekat pada Sang Maha Kudus karena telah diselamatkan, maka kita harus hidup kekudusan,
sebab Allah adalah Kudus (ay.16).
RELEVANSI dan APLIKASI
1.
Orang
percaya harus mengimani satu hal penting ini yakni oleh Yesus Kristus kita
telah diselamatkan melalui pengorbanan dan penderitaanNya. Dunia mungkin akan
mempertanyakannya dan mengingini bukti bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang bangkit.
Tetapi seperti Petrus bersyukur bahwa gereja perdana percaya pada peristiwa itu
walaupun tidak melihat (ay.8), maka demikian juga kita. Percaya pada Kristus
yang bangkit adalah dasar iman yang tidak boleh goyah walaupun di berbagai
tempat termasuk media sosial meragukannya. Sebab berbahagialah mereka yang
tidak melihat namun percaya (Yoh.20:29).
2.
Salib
identik dengan penderitaan. Menjadi orang Kristen tidak berarti tidak akan
mengalami penderitaan. Jemaat Kristen penerima surat Petrus mengalami berbagai
penderitaan dan ketidak-nyamanan. Jadi seandainya karena status sebagai orang
Kristen, kita mengalami ketidaknyaman di kantor, masyarakat atau di tengah
komunitas manapun, seharusnya tidak mengejutkan kita. Hal itu tanda bahwa kita
sedang diproses oleh Tuhan untuk terus memurnikan iman (ay.7), dan juga sebagai
bukti bahwa kita pengikut Kristus yanhg siap menderita karena iman kepadaNya.
3.
Namun
semuanya sia-sia, jika kita tidak hidup dalam kebenaran. Bagaimana mungkin kita
mengaku orang percaya dan beriman kepada Kristus namun tidak hidup dalam
kekudusan? Bukankah oleh Yesus Kristus kita menjadi anak-anak Allah? (Ef.1:5). Dan
bukankah sebagai anak-anak Allah, karakter Sang Bapa ada pada kita? Allah itu
kudus maka kita harus hidup dalam kekudusan (ay.16). Hal ini berarti sebagai
orang percaya masa kini, kita harus mampu menolak gaya hidup yang mendatangkan
kenajisan dan rupa-rupa kebobrokan. Ingatlah, kita sudah diselamatkan. Maka hidup
ini harus mencerminkan Kristus dalam diri kita sebagai bukti kita telah
diselamatkan. Hiduplah benar, hiduplah kudus!!! Sebab kita telah diselamatkan.

No comments:
Post a Comment