KOLOSE 2:11-15
Pendahuluan
Kolose adalah
sebuah kota kecil di Lembah Likus yang indah, sekitar 100 mil (160 Km) sebelah
timur efesus, dekat denizli, Turki moderen, berdekatan dengan Laodikia yang
lebih makmur. Rasul Paulus bersama
dengan Timotius mengalamatkan suratnya kepada jemaat yang disebut sebagai
“saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose”. Rupanya,
ia sedang berada di penjara Roma, bersama dengan Epafras ia membangun jemaat
ini yang pada mulanya adalah orang-orang kafir (1:21; 2:12; 3:7).
Paulus dan
Epafras mendengar masalah yang ada di jemaat itu yang disebabkan oleh mereka
yang dikatakannya “yang memperdaya” jemaat dengan kata-kata indah (2:4) “mereka
yang menawan kamu dengan filsafat kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun
dan roh-roh dunia (2:8). Kata-kata atau filsafat kosong dan palsu atau jelasnya
pengajaran sesat yang dibawa oleh kelompok tertentu rupanya mulai mempengaruhi
penghayatan iman jemaat kepada Kristus. Rupanya diantara mereka sudah ada yang
mulai tergoncang imannya dan mulai bergeser dari pengharapan Injil yaitu Yesus
Kristus.
Penjelasan dan Tafsiran Teks
Sulit memang
untuk mengindentifikasi kelompok penyesat yang mengancam kehidupan jemaat
Kolose, tetapi ajaran dan praktek mereka di sebut sunat (2:11,13) sebagai
bagian dari ketentuan hukum Taurat (2:14). Rupanya jemaat Kolose dipaksa untuk
mengikuti ketentuan Hukum Taurat berupa sunat sebagai salah satu syarat untuk
beroleh keselamatan. Paulus menentang hal ini dan menjelaskan kepada jemaat
Kolose bahwa keselamatan mereka ditentukan bukan oleh Sunat atau ketaatan pada
Hukum Taurat, melainkan oleh anugerah keselamatan dalam penebusan Yesus
Kristus.
Dalam Perjanjian Lama sunat
adalah suatu tanda dan menjadi identitas
bagi umat pilihan Allah. Kisah
tentang asal mula tanda itu termuat dalam Kejadian 17:10,11. Ketika Allah
membuat perjanjian dengan Abraham, sunat ditetapkan sebagai tanda perjanjian
itu untuk selamanya. Sekarang, sunat hanyalah tanda dalam daging, sesuatu yang
dilakukan pada tubuh manusia. Namun, apabila orang ingin mengadakan hubungan
yang khusus dengan Allah, diperlukan sesuatu yang lebih daripada sekedar tanda
pada tubuhnya. Ia harus memiliki hati, pikiran, dan karakter tertentu. Di
sinilah sebagian orang Yahudi membuat kekeliruan. Mereka memandang sunat dalam dirinya sendiri sebagai sesuatu yang cukup untuk menjadikan mereka
khusus bagi Allah. Jauh sebelum itu, guru-guru besar dan para nabi agung telah
melihat bahwa sunat daging pada dirinya sendiri tidaklah cukup dan oleh karena
itu dibutuhkan sunat rohani.
Dalam
Imamat si pemberi hukum berkata
tentang hati yang disunat, maksudnya
umat Israel harus merendahkan hati untuk menerima hukuman Allah (Im.26:41).
Seruan penulis Kitab Ulangan adalah,
“Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk” (Ul 10:16).
Ia berkata bahwa Tuhan akan menyunat hati mereka supaya mereka mengasihi-Nya
(Ul 30:6). Yeremia berbicara tentang telinga yang tidak disunat, yaitu telinga
yang tidak mau mendengar firman Allah (Yer 6:10). Penulis Kitab Keluaran menulis tentang lidah yang
tidak.
Hal
senada dan tegas juga disampaikan Paulus dalam bacaan kita. Bahwa menurut
Paulus, sunat lahiriah tidaklah menjamin keselamatan seseorang. Sunat Kristus
yakni penebusanlah yang lebih utama. (ay.11). Yang dimaksud Paulus tentang
Sunat Kristus adalah mengenai penanggalan tubuh yang berdosa. Sunat biasa hanya
sebagian tubuh, sedangkan sunat Kristus adalah menangalkan seluruh tubuh yang
berdosa menjadi ciptaan baru di dalam penebusan yang dilkakukan Kristus yakni
mengampuni segala dosa (ay.13).
Penebusan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus itu bagaikan menghapuskan surat hutang (ay.14). Ungkapan “surat hutang”
berasal dari dunia perniagaan. Surat hutang itu ditandatangani oleh pihak yang
berhutang, sehingga surat tersebut mempunyai nilai hukum. Paulus memakai
ungkapan ini untuk berfungsi sebagai metafor
untuk menyatakan bahwa kita berhutang kepada Allah, yang olehnya kita diganjar
dengan maut (Rm 6:23). Namun tak seorangpun di dunia ini yang dapat melunasi
hutang itu. Yesuslah yang melunaskan hutang itu dengan mati di kayu salib.
Menarik
untuk diperhatikan dalam ayat 14 dan 15 bahwa sekonyong-konyong Paulus mulai
memakai istilah “kita” dalam tulisannya, yang sebelumnya menyebut dan menyapa
dengan kamu. Para pembaca surat ini adalah orang-orang bukan Yahudi, sedang
Paulus adalah seorang Yahudi. Paulus tidak mengecilkan perbedaan antara seorang
yang disunat dan yang tidak disunat. Tetapi pada dasarnya keduanya sama. Yahudi
dan kafir, kedua-duanya harus hidup dari pengampunan dosa. Kedua-duanya berdosa
di hadapan Allah. Maka Yahudi dan kafir kedua-duanya mendapat dari Allah
keampunan di dalam Kristus. Sebab itu sekonyong-konyong Paulus berpindah dari
kata “kamu” kepada “kita” di dalam ayat 13 dan 14. Ia menggolongkan dirinya
sendiri di dalam lingkungan itu. Dengan kata lain, Paulus bersedia menyebut
dirinya sama dengan kelompok tak bersunat. Ia sangat tidak mempersoalkan
tentang arti sunat itu sendiri.
Relevansi dan Aplikasi
Berdasarkan
Uraian di atas, silakan membuat relevansi dan aplikasinya dengan penekanan
pada:
- Keselamatan
datang sebagai anugerah..
- Sunat
Hati lebih penting dari sunat lahiriah.
- Jadilah
berkat bagi orang lain yang “berbeda” melalui kesaksian hidup kita.
No comments:
Post a Comment