1 TIMOTIUS 6:11-13
PENDAHULUAN
Dalam rangka menyiapkan pelayanan Timotius di jemaat Efesus, Rasul Paulus memberikan beberapa wejangan untuk menyiapkan Timotius agar mampu menjadi seorang pemimpin juga pelayan di jemaat Efesus tersebut.
Surat yang pertama ini menarik karena banyak hal hal praktis yang Paulus ajarkan kepada Timotius untuk ia lakukan mulai dari doa, penderitaan sebagai orang Kristen (pasal 2), syarat untuk pemilihan diaken/penatua (pasal 3), bagaimana Timotius menghadapi ajaran sesaat (pasal 4), dan menghadapi tanggung jawab pelayanan intergenerasional (pasal 5), mengenai bersilat lidah Pasal 6) serta beberapa nasehat yang lain.
TELAAH TEKS
Setelah
berbagai ajaran, nasehat, dan bimbingan yang Paulus sampaikan kepada Timotius
pada suratnya yang pertama ini, Paulus menutup surat ini dengan beberapa
penekanan penting yang menarik untuk diuraikan. Beberapa hal itu sebagai
berikut:
1.
Munusia Allah
Paulus menyapa Timotius dengan sebutan hai manusia Allah (ay.11). Pada terjemahan baru edisi kedua, istilah ini direvisi menjadi hai manusia kepunyaan Allah. Istilah ini berasal dari kata τοῦ θεοῦ (baca: tou theou) yang secara literer bisa diterjemahkan dengan manusia Allah. Namun karena ditulis dalam bentuk “genitive singular masculine” hal ini tidak berarti bahwa Timotius itu setengah dewa. Melainkan bermakna “kepunyaan” atau “milik”, sehingga istilah Manusia Allah yang ditujukan kepada Timotius bermakna: Timotius adalah milik kepunyaan Allah, atau dia adalah dari Allah yang harus tunduk kepada Allah.
Mengapa hal ini penting bagi Paulus untuk
menekankan istilah manusia Allah atau manusia kepunyaan Allah
kepada Timotius? Hal ini untuk memberi kesadaran penuh kepada Timotius bahwa ia
berbeda dari yang lain. Dalam pemahaman filsafat pada zaman itu manusia dapat
hidup mandiri sesuai dengan pemikiran dan logika berpikir, maka Paulus
menekankan Timotius adalah milik Allah yang tergantung kepada Allah. Karena Timotius
adalah milik kepunyaan Allah, maka sebagai milik kepunyaan Allah, Timotius
tidak ada pilihan lain selain tunduk hormat dan menuruti segala kehendak dan
perintah Allah. Pelayanannya di Efesus harus berdasarkan mau dan kehendak Tuhan,
sesuai apa yang Tuhan kehendaki bagi gerejanya untuk Timotius layani dalam
ketaatan penuh kepadaNya.
2.
Apa yang utama?
Apa yang harus Timotius lakukan dan kerjakan sebagai pribadi yang adalah milik Tuhan? Ia harus menjauhi berbagai larangan yang telah dinasehatkan oleh Paulus pada bagian bagian sebelumnya misalnya, bersilat lidah, cekcok dengan sesama saudara seiman, mendengki, mencederai, dll yang dapat dibaca pada pasal 6:2-10.
Sebaliknya apa yang utama menurut Paulus yang
harus diutamakan untuk dilakukan oleh Timotius adalah mengejar keadilan, ibadah,
kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan (ay.11). Rupanya di Efesus terdapat
beberapa kelompok orang yang senang bergumentasi, bersilat lidah, dan berupaya
untuk menjatuhkan wibawa Timotius sebagai pelayan muda di Efesus. Menurut Paulus,
hal itu tidaklah penting. Yang utama dalam pelayanannya di Efesus, Timotius
diminta agar tidak teralih perhatian, melainkan fokus untuk mengerjakan dan
melakukan kehendak Tuhan yakni menjadi pelayan yang baik.
3.
Hidup bagaikan pertandingan
Hidup ini adalah bertandingan karena itu
menangkanlah; hidup ini adalah perlombaan karena itu jadilah juara. Pernyataan
ini senada dengan nasehat Paulus kepada Timotius yakni “Bertandinglah
dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal”
(ay.12). Pernyataan ini mengingatkan kepada Timotius bahwa dalam
mempertahankan iman sebagai orang percaya terutama sebagai pelayan, hal itu
bagaikan mengikuti gelanggang pertandingan. Maka segala sesuatu harus
disiapkan.
Pertandingan iman yang dijalani Timotius adalah pertandingan iman yang benar, yakni yang sesuai dengan aturan dan kehendak Allah. Hal ini senanda dengan pernyataan Paulus pada 2Tim.2:5 yakni olahragawan menjadi pemenang sejati apabila ia bertanding sesuai dengan tata aturan yang ada. Paulus ingin menegaskan kepada Timotius bahwa apapun yang terjadi, berbagai masalah yang ada di dalam jemaat, ia harus menegakkan aturan yang benar sesuai dengan yang telah difirmankan Allah berdasarkan kehendakNya.
Jika dalam pertandingan dunia hasil akhir dari
kemenangan adalah piala atau hadiah maka menurut Paulus hasil akhir dari
pertandingan, iman yang benar adalah kehidupan kekal. Kata lain motivasi
Timotius haruslah benar. Bahwa ketika ia mengerjakan pelayanannya, bukan karena
mengejar kebanggaan diri, atau bukan untuk memperoleh pengakuan orang lain. Tapi
motivasi dari upaya yang mempertahankan iman dan melaksanakan panggilan
pelayanan itu adalah janji kekekalan yang diberikan oleh allah.
RELEVANSI /
APLIKASI
Dari bacaan Alkitab ini beberapa hal penting menjadi perhatian khusus untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian kita, yakni:
1. Setiap orang harus menyadari bahwa hidupnya adalah milik Tuhan. Istilah manusia Allah yang dikenakan Paulus kepada Timotius mestinya juga menjadi pemahaman penting bagi setiap orang percaya dewasa ini. Hidup kita dan apa yang kita jalani bukanlah milik kita kita adalah manusia kepunyaan Allah, maka waktu, tarikan nafas, keahlian, dan kemampuan kita juga adalah milik Allah. Seharusnya semua potensi diri yang kita miliki, yang ternyata adalah kepunyaan Allah itu, harus dikembangkan dan dipersembahkan serta dikerjakan bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.
Sebagai contoh misalnya berapa banyak orang sering berkata “maaf saya tidak punya waktu”. Hal ini seakan memberi indikasi bahwa waktu itu milik kita dan sudah terpakai semuanya sehingga tidak ada waktu lagi untuk yang lain. Padahal kita harus menyadari bahwa kita tidak pernah “memiliki” waktu sebab yang punya waktu adalah Tuhan. Waktu hidup kita adalah milik Tuhan, maka seharusnya dikembalikan juga “untuk Tuhan”.
Pertanyaan penting untuk direnungkan adalah jika hidup ini, yakni hidup yang kita miliki saat ini, adalah kepunyaan Tuhan sudahkah dengan benar kita mengisi kehidupan ini menjadi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Memanfaatkan kehidupan dengan benar merupakan tanda syukur kita terhadap kehidupan yang Tuhan anugerahkan. Ingatlah “segala sesuatu dari Tuhan, maka seharusnya itu kembali untuk Tuhan”.
2. Bagaimanakah cara memanfaatkan hidup yang kita miliki ini sebagai milik Tuhan? Sebagaimana nasehat Paulus kepada Timotius kita diajarkan untuk menjalani kehidupan yang benar, antara lain: mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan (ay.11). Berhentilah memikirkan pada hal-hal yang tidak berguna seperti bersilat lidah, cekcok dengan sesama saudara seiman, mendengki, mencederai (6:2-10). Fokuslah kepada hal-hal yang bermanfaat yakni sesuatu yang benar, hal-hal yang berguna untuk membangun persekutuan dan hal-hal yang berfaedah, supaya Tuhan dimuliakan.
Karena hidup adalah pertandingan iman, maka jalanilah hidup sesuai dengan aturan yang benar. Karena hidup adalah pertandingan iman maka lakukanlah perlombaan untuk beroleh mahkota yakni kekekalan. Memiliki motivasi yang benar ketika menjalani pertandingan iman! Bukan untuk pujian, bukan untuk kesenangan sesaat, bukan untuk memuaskan hawa nafsu dunia, tapi motivasi yang benar menjalani kehidupan dalam pertandingan iman adalah hidup kekal. Inilah motivasi yang sesungguhnya yang harus dimiliki oleh orang percaya.
Hidup
adalah perlombaan, maka menangkanlah! Hidup adalah pertandingan, maka jadi
juara hidup! Hidup adalah juga perjalanan, maka jalanilah! Hidup adalah
kesempatan, maka raihlah! Di atas segala sesuatu, hidup adalah kepunyaan Allah
kembalikanlah juga untuk Tuhan dan kemuliaan-Nya. Amin
No comments:
Post a Comment