2 TIMOTIUS 2:1-13
PENDAHULUAN
Surat Paulus yang kedua kepada Timotius, anak rohani Paulus bertujuan untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus (1:1). Surat ini menjadi menarik karena ketika Paulus berbicara tentang ‘hidup’ (di dalam Kristus), dirinya sedang berada di dalam penjara untuk menanti hukuman mati dari pemerintah. Bagaimana orang yang ‘mau mati’ berbicara tentang ‘hidup’; inilah yang menarik karena sekalipun Paulus ‘siap’ menghadapi kematian, kesiapan Paulus ini tidak dapat diterima sepenuhnya oleh orang-orang yang mengasihi dan sangat mengharapkan dirinya, termasuk Timotius (1:4).
Latar belakang inilah yang membuat kita mengerti betapa Paulus berusaha untuk menguatkan (= membesarkan) hati Timotius antara lain dengan mengatakan: “kobarkanlah karunia Allah yang ada padamu … jangan takut: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban … janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita … ikutlah menderita bagi Injil-Nya ... (1:6-8), jadilah kuat … ikutlah menderita (2:1-3), dab.
Selain itu,
Paulus juga menjelaskan kepada Timotius: mengapa dia menderita supaya Timotius
tidak malu bersaksi tentang Paulus, gurunya itu (1:8), antara lain: “karena
Yesus telah menyelamatkan … dan memanggil
… berdasarkan … maksud dan kasih karunia-Nya sendiri … dan untuk Injil yang telah mematahkan kuasa maut dan
mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (1:8-11),” dab. Salah satu alasan mengapa Paulus menderita
ditulisnya dalam pasal 2:8-13.
TELAAH TEKS
Tidak mudah bagi Timotius menjadi seorang pelayan yang masih berusia belia memimpin jemaat yang besar seperti Efesus. Selain menghadapi ajaran sesat yang merongrong keutuhan umat di Efesus dari luar; Timotius juga behadapan dengan berbagai perbedaan pendapat antara mereka yang berasal dari budaya Yunani dan mereka yang berasal dari budaya Yahudi yang merusak keutuhan umat dari dalam. Timotius juga harus menghadapi berbagai penderitaan sebagai seorang Kristen demikian juga umat di Efesus.
Bagaimanakah Timotius menghadapi kondisi ini? Beberapa hal penting dari nasihat Paulus, patut untuk diperhatikan:
1.
Jadilah Seperti Prajurit (ay.1-4)
Seorang prajurit harus kuat dan siap menderita ketika, melaksanakan panggilan perang. Maka demikian juga Paulus mengatakan hal ini kepada Timotius bahwa seorang prajurit tidak memikirkan kenyamanan tentang kehidupannya tetapi bersedia untuk menderita (4).
Tujuaan utama dari seorang prajurit adalah bukan untuk dirinya sendiri, tetapi supaya ia berkenan kepada komandannya. Hal ini memberi kesan yang cukup kuat bahwa ketika Timotius harus menjalankan tugas panggilan pelayanannya, ia tidak memikirkan atau mencari keuntungan diri sendiri melainkan demi kemuliaan Yesus Kristus yang adalah “Panglima Agung” Juruselamat dunia.
2.
Mentalitas Olaragawan dan Petani (ay.5-7)
Pada bagian ini Paulus menganalogikan mentalitas seorang pelayan atau orang percaya bagaikan seorang olah ragawan dan petani. Menurut Paulus, olahragawan menjadi pemenang sejati apabila ia bertanding sesuai dengan tata aturan yang ada. Paulus ingin menegaskan kepada Timotius bahwa apapun yang terjadi, berbagai masalah yang ada di dalam jemaat, ia harus menegakkan aturan yang benar sesuai dengan yang telah difirmankan Allah berdasarkan kehendakNya.
Kemungkinan besar Timotius sedang berada di persimpangan jalan, yakni berhadapan dengan kepentingan-kepentingan umat di Efesus yang berasal dari budaya Yunani dan umat dari budaya Yahudi. Perpecahan mungkin akan terjadi. Maka Timotius harus berani mengambil sikap yang tepat yakni mengukur setiap tindakan dan perkataannya sesuai dengan aturan Firman dan bukan demi menyenangkan pihak tertentu.
Mengapa demikian? Hanya petani yang bekerja keraslah yang akan pertama kali menikmati hasil usahanya (ay.6). Proses tidak akan menghianati hasil. Jika Timotius berpegang pada ajaran Kristus di tengah tantangan sebagai seorang pelayan, ia akan menikmati jerihlelah dari pelayanan itu.
Pada ayat 7, Paulus meneguhkan Timotius bahwa walaupun tanggung jawab di Efesus sangat besar dan tidak mudah, Tuhan pasti akan menolongnya dan memberikan hikmat dan pengertian untuk mengemban tanggung jawab pelayanannya. Itulah sebabnya Timotius harus kuat dan terus mengerjakan apa yang telah ditugaskan kepadanya.
3.
Belajar Dari Teladan Paulus (ay.8-13)
Pada bagian ini Paulus menasehati Timotius bahwa ia harus Fokus dalam pelayanan. Inti dari seluruh pelayanan Timotius adalah memberitakan Yesus Kristus sebagaimana yang menjadi pusat pelayanan dan pemberitaan Paulus (ay.8). Jika Timotius mengalami penderitaan karena melaksanakan panggilan pelayanan itu, Paulus meneguhkan dan menasehati Timotius bahwa hal itu bukanlah perkara baru. Sebab hal yang sama juga dialami oleh Paulus. Ia harus menderita karena melaksanakan panggilan pemberitaan Firman. Karena itu Timotius harus sabafr menjalani semuanya itu (ay.9-10). Timotius pasti menyadari hal ini sebab ia menerima surat ini dari Paulus ketika Paulus sedang berada dipenjara.
Bagi Paulus penderitaan bukan akhir dari
segala-galanya. Pada ayat11-13 menyebut sesuatu yang luar biasa sebagai prinsip
orang percaya. Bahwa kelak nanti Kristus Yesus akan menyatakan kemuliaanNya.
Jikalau Timotgius setia, maka Tuhan pun akan menganugerahkan kasih setiaNYa;
jika harus mati karena Kristus janji mahkota akan diterimanya. Pernyataan dalam
ayat 11-13 ini menunjukkan bahwa kesetiaan melaksanakan panggilan pelayanan,
target utama bukanlah dalam dunia, tapi yang utama dan yang menjadi motivasi
penting sebagai orang percaya yang harus menderita di dunia oleh karena Kristus
adalah kesukacita surgawi yang Tuhan janjikan.
RELEVANSI /
APLIKASI
Terdapat beberapa hal yang menjadi pokok perhatian kita pada bacaan ini untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:
Pertama, Milikilah mentalitas pejuang seperti seorang prajurit menghadapi peperangan. Seorang percaya yang dipanggil dan diselamatkan adalah mereka yang bersedia mengerjakan tanggung jawab sebagai seorang Kristen tanpa mengutamakan kebutuhan dan kepentingan diri sendiri atau kesenangan pribadi melainkan untuk memuliakan Tuhan, untuk kesenangan dari Sang Panglima Agung. Motivasi yang benar dari seorang percaya, entah ketika melayani atau bersekutu ataupun bersaksi adalah bukan untuk kepentingan diri. Tujuan utama adalah supaya Yesus kristus Tuhan ditinggikan dan diagungkan.
Kedua, Kita diancarkan untuk tidak memiliki mentalitas instan sebagaimana olah ragawan yang menyiapkan tiap pertandingan dengan berlatih keras, mengikuti pertandingan sesuai dengan aturan lalu kemudian beroleh mahkota. Berproseslah bersama Tuhan sesuai dengan apa yang Ia kehendaki dan bukan apa yang kita inginkan. Jadilah seorang percaya yang mengerti apa kehendak Tuhan, belajarlah mengenal kebenaranNya supaya “pemenang” menjadi bagian kita.
Gereja Tuhan inipun hadir sesuai dengan tata aturan yang berlaku, entah aturan organisasi maupun aturan Firman. Siapapun kita diwajibkan untuk mengikutinya dalam ketaatan. Sebab tanpa ketaatan tidak mungkin ada mahkota kemenangan.
Ketiga, penderitaan mungkin akan kita alami sebagai
orang percaya. Sangat relevan hal ini pada situasi sekarang. Kadangkala karena
status iman kita, mempengaruhi promosi jabatan ataupun kehadiran di tengah
masyarakat. Namun sebagaimana Paulus katakan dalam ayat 8-13, penderitaan
adalah bagian dari panggilan orang percaya. Jangan kecut dan tawar hati. Sebab,
adalah kebahagiaan jika harus menderita karena Kristus. Amin.
No comments:
Post a Comment