DANIEL 2:45-49
PENDAHULUAN
Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?
Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).
Alkitab menyebutkan bahwa
ada 4 orang dari Yehuda yang lolos seleksi yakn:
-
Daniel (kemudian disebut Beltsazar = kiranya ibu dewa bel
melindungi raja);
-
Hananya yang berarti yang
dikasihi Tuhan (kemudian disebut Sadrakh = Disinari oleh Dewa Matahari Ba);
-
Misael yang berarti Siapakah
Allah? (kemudian disebut Mesakh= hamba dari Dewa Shach); dan
- Azaraya yang berarti Tuhan adalah penolongku (kemudian disebut Abednego = hamba dari dewa Nego).
Karier para pemuda Yehuda
ini terbilang sangat baik dan terus menanjak, istimewa Daniel yang diberi nama
sebutan orang Babel, yakni Beltsazar itu. Bacaan kita saat ini tidak berkisah
tentang Daniel, tetapi tentang Hananya, Misael dan Azaraya yang lebih dikenal
dengan sebutan Sadrak, Mesakh dan Abednego.
TELAAH PERIKOP
Daniel 2:45-49 tidak akan
kita pahami jika tidak membaca keseluruhan pasal 2. Kisah ini dimulai dari
mimpi raja Nebukadnezar yang membuat ia gelisah dan tidak bisa tidur itulah. Itulah
sebabnya ia meminta seluruh orang cerdik, pandai, dan bijaksana di kerajaan Babel
untuk melakukan dua hal yaitu pertama, mencari tahu dan menyebutkan apa
yang dia mimpikan dan kedua, mencari tahu arti atau makna dari mimpi itu
(2:1-5).
Tentulah hal itu sulit untuk dilakukan. Mengapa? Sebab bagaimana mungkin kita mengetahui mimpi seseorang, jika orang yang bermimpi itu tidak memberitahukannya kepada kita? Jikalau hanya mengartikan makna suatu, mimpi mungkin lebih mudah, tetapi jika mencari tahu apa yang dimimpikan dan orang yang bermimpi tidak mau memberitahukannya, bagaimana mungkin mereka tahu apa yang raja mimpikan itu? Inilah alasan yang disampaikan para Kasdim. Mereka mengatakan tidak ada raja mana pun yang membuat pertanyaan seperti ini, yaitu minta menjelaskan apa yang raja mimpikan. Mereka mengakui bahwa mereka tidak dapat melakukannya (2:6-11).
Tentunya raja sangat murka dan marah dan merencanakan untuk membunuh semua orang bijaksana di istana babil termasuk daniel dan temantemannya mendengar hal itu Daniel kemudian mengumpulkan teman temannya yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk berdoa kepada Tuhan dan memohon hikmat agar Tuhan membukakan rahasia dari mimpi raja Nebukadnezar tersebut (2:12-18). Tuhan menolong Daniel dan rahasia mimpi itu dibuka oleh Allah bahkan memberi hikmat kepada Daniel untuk mengetahui maknanya sehingga ia menyampaikannya kepada raja (2:12-45)
Apakah reaksi raja ketika
mendengar penjelasan Daniel mengenai mimpi dan arti mimpi raja Nebukadnezar
tersebut? Terdapat 3 hal penting yang dilakukan raja, yakni:
1. Sujud Menyembah Daniel (ayat 46)
Jika membaca ayat 46, siapapun mestinya terkejud. Sebab, bagaimana mungkin seorang raja sujud menyembah kepada bawahannya? Apalagi bawahannya itu adalah orang orang buangan yakni Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Mengapa hal itu dilakukan oleh raja Nebukadnezar? Tidak lain alasannya adalah rasa kagum takjub yang luar biasa terhadap kemampuan Daniel. Sudah pasti mungkin ada banyak orang yang dapat “mengarang” arti mimpi, tapi tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan mimpi yang tidak diceritakan si pemimpi yaitu raja Nebukadnezar. Hal itu misteri yang besar. Tidak heran jika raja sangat takjub dan bereaksi untuk sujud menyembah Daniel.
2.
Memuliakan Allah (ay.47)
Selanjutnya pada ayat 47 kita menemukan hal yang lebih luar biasa lagi. Seorang raja kafir yang menghancurkan Bait Allah, yang merampas seluruh seluruh peralatan suci di Bait Allah tiba-tiba menyembah dan memuliakan Allah.
Pertanyaan penting adalah mengapa tiba tiba selain mengagumi Daniel, raja Nebukadnezar tiba-tiba memuliakan dan mengagumkan Allah Daniel? Bahkan mengatakan tidak ada allah lain, termasuk allah yang ia sembah yang dapat mengalahkan Allahnya Daniel. Mengapa raja tiba-tiba memuliakan Allah yang disembah daniel? Jawaban atas pertanyaan ini kita temukan pada ayat 27 dan 28. Sebelum menjawab pertanyaan raja, Daniel menjelaskan dari manakah ia beroleh pengetahuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan raja itu.
Dengan bangga Daniel menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan raja dan kalau dia bisa menjawabnya itu disebabkan karena di Surga ada Allah yang menyingkapkan rahasia rahasia (ay.28). Secara langsung Daniel menyebutkan bahwa sumber pengetahuannya untuk menjawab pertanyaan raja ini datangnya bukan dari dirinya sendiri, melainkan Allah, Pribadi yang ia sembah dan agungkan.
Apa artinya? Daniel sedang bersaksi tentang imannya kepada raja kafir itu. Daniel tidak mencuri kemuliaan Allah. Ia justru bersaksi tentang siapa Allah yang ia sembah yaitu Sang Sumber dari segala pengetahuan yang ia peroleh. Dari kesaksian Daniel inilah, raja Nebukadnezar akhirnya mengagungkan Allah Israel, Tuhan Sang Khalik semesta.
3.
Daniel Menjadi Pembesar (ay.48-49)
Karena prestasi Daniel inilah, menurut ayat48, Daniel diberikan jabatan sebagai penguasa atas seluruh Babel dan kepala dari semua orang bijaksana di Babel. Tapi yang menarik perhatian adalah pada ay.49 dijelaskan bahwa Daniel tidak mengambil jabatan itu. Justru jabatan sebagai penguasa di seluruh wilayah Babel diserahkan kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Daniel sendiri hanya milih tinggal di istana raja.
Ternyata
Daniel tidak hanya orang yang ”tidak haus pujian”, rupanya dia juga adalah
pribadi yang tidak haus jabatan. Jabatan besar sebagai hadiah raja Nebukadnezar,
ditolak Daniel dan diserahkan kepada tiga sahabatnya. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika ia melakukan sesuatu kepada raja, ia tidak sedikitpun mengharap imbalan.
Perbuatannya ini murni hanya untuk beroleh kesempatan menjadi saksi tentang Tuhan
Allah Ssrael.
APLIKASI DAN RELEVANSI
Kisah Daniel pada bacaan kita saat ini menarik untuk direnungkan. Terdapat beberapa pokok penting yang kiranya dapat kita lakukan dalam kehidupan beriman kita, sebagai orang yang percaya kepada tuhan yesus kristus:
1. Dalam hal bertindak atau merencanakan sesuatu kita harus melibatkan Tuhan. Sebagaimana Daniel mengajak teman-temannya Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk berdoa dan meminta pertolongan kepada Tuhan, demikian mestinya sebagai orang percaya hal itu kita lakukan.
Jangan pernah bertindak tanpa melibatkan Tuhan. sebab tanpa Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Keputusan apapun yang akan kita ambil, rencana apapun yang sedang kita siapkan, dan tindakan-tindakan apapun ke depan yang akan kita buat, segala sesuatu harus seijin Tuhan. Sebab jika Tuhan dilibatkan maka hikmat, Dia akan berikan, kesempatan dan jalan keluar akan Dia anugerahkan. Bahkan berbagai perlindungan Tuhan akan nyatakan. Kita butuh Tuhan untuk melakukan segala sesuatu, sebagaimana Daniel berserah kepadaNya.
2. Segala sesuatu yang kita kerjakan dan kita lakukan harus berakhir pada tujuan supaya Tuhan dimuliakan. Buatlah orang lain yang mengalami hasil kerja dan perbuatan kita memuliakan Tuhan. Jangan menganggap diri kita hebat. Sebab apapun yang kita lakukan itu terjadi karena Tuhan. Jangan mencuri kemuliaan Tuhan. Hanya Tuhan-lah yang layak ditinggikan dan diagungkan.
Daniel sadar bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan raja. Hanya Tuhan-lah yang bisa. Tanpa malu, tanpa ragu ia menyampaikan itu kepada Raja supaya Nebukadnezar tahu bahwa pengetahuan yang daniel miliki itu berasal dari Tuhan. Tidak heran mengapa kemudian raja akhirnya memuliakan dan mengagungkan Allah yang disembah oleh Daniel.
Hal yang sama harusnya terjadi dalam kehidupan beriman kita. Kesempatan bersaksi dapat kita lakukan dalam berbagai perjumpaan dengan orang lain entah di tengah masyarakat ataupun di dunia kerja sekalipun. Tujuan Daniel menjawab pertanyaan raja bukan untuk jabatan, bukan untuk pujian bagi dirinya. Tetapi sebagai peluang atau kesempatan untuk bersaksi tentang imannya di hadapan raja.
Karena
itu mari lihatlah peluang dan kesempatan untuk bersaksi tentang iman percaya
kita kepada setiap orang. Lakukanlah pernuatan baik sebagai sarana kesaksian
iman supaya seluruh lutut bertelut dan lidah mengaku dan memuliakan Allah
Bapa kita di dalam Yesus Kristus. SOLI DEO GLORIA.
Selamat Menyiapkan Khotbah
No comments:
Post a Comment