2 TIMOTIUS 3:13-14
PENDAHULUAN
Surat Paulus yang kedua kepada Timotius, anak rohani Paulus bertujuan untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus (1:1). Surat ini menjadi menarik karena ketika Paulus berbicara tentang ‘hidup’ (di dalam Kristus), dirinya sedang berada di dalam penjara untuk menanti hukuman mati dari pemerintah. Bagaimana orang yang ‘mau mati’ berbicara tentang ‘hidup’; inilah yang menarik karena sekalipun Paulus ‘siap’ menghadapi kematian, kesiapan Paulus ini tidak dapat diterima sepenuhnya oleh orang-orang yang mengasihi dan sangat mengharapkan dirinya, termasuk Timotius (1:4).
Latar belakang inilah yang membuat kita mengerti betapa Paulus berusaha untuk menguatkan (= membesarkan) hati Timotius antara lain dengan mengatakan: “kobarkanlah karunia Allah yang ada padamu … jangan takut: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban … janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita … ikutlah menderita bagi Injil-Nya ... (1:6-8), jadilah kuat … ikutlah menderita (2:1-3), dab.
Selain itu,
Paulus juga menjelaskan kepada Timotius: mengapa dia menderita supaya Timotius
tidak malu bersaksi tentang Paulus, gurunya itu (1:8), antara lain: “karena
Yesus telah menyelamatkan … dan memanggil
… berdasarkan … maksud dan kasih karunia-Nya sendiri … dan untuk Injil yang telah mematahkan kuasa maut dan
mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (1:8-11),” dab. Salah satu alasan mengapa Paulus menderita
ditulisnya dalam pasal 2:8-13.
TELAAH TEKS
Paulus menderita
karena memberitakan Injil. Ia dipenjara karena melaksanakan panggilan pelayanan
sebagai pemberita Firman Allah. Tapi bagi Paulus tidak menjadi masalah ia
dipenjara dan dibelenggu, sebab bagaimanapun, Firman Allah tidak dapat
dibelenggu (2:9).
Dalam semangat inilah P:aulus menasehati Timotius agar ia tidak pernah sedikitpun meninggalkan ajaran yang telah disampaikan Paulus kepadanya (ay.10). Timotius harus siap menderita apapun yang terjadi kalaupun dia mengalami penganiayaan Timotius harus bersedia menjalaninya sebagaimana konsekuensi dari menjadi pelayan Tuhan (ay.11).
Demikianlah konsekuensi yang harus dijalan siapapun yang beribadah kepada Tuhan dan setia kepada-Nya akan menderita penganiayaan (ay.12). Ini sejalan dengan sejarah perkembangan kekristenan pada masa itu, ketika Romawi menganiaya orang orang kristen hingga Paulus mengingatkan Timotius terhadap konsekuensi menderita karena pelayanan.
Berbeda dengan orang jahat. Terksesan mereka yang jahat akan semakin jahat dan semakin menyesatkan banyak orang (ay.13). Paulus dengan sadar mengingatkan Timotius bahwa kejahatan akan selalu ada, dan bahkan terlihat menang serta seakan lebih unggul dari kebenaran. Kelihatannya kebenaran akan selalu kalah dan kejahatan akan terus menang.
Kondisi ini akan menggoda banyak orang percaya untuk menyerah. Bagaimana mungkin berftahan dalam penganiayaan orang jahat. Kekaisaran Romawi yang sangat membenci Kekristenan pada waktu itu adalah penyebab utama gereja mengalami penederitaan yang tiada henti. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana menghadapi kondisi yang sulit ini?
Paulus dalam ayat 14
memberikan solusi yang menarik. Timotius diminta untuk melakukan dua hal ketika
menghadapi kondisi sulit untuk bertahan akibat berbagai perlakuan tidak adil,
penderitaan dan penganiayaan tersebut , yaitu: pertama, tetaplah berpegang
pada kebenaran yang telah diberikan Paulus kepadanya. Ajaran yang dimaksud
adalah KEBENARAN supaya Timotius tidak terombang- ambing dan tetap berpegang
pada kebenaran Allah walaupun menderita. Kedua, Timotius diminta
mengingat siapa yang mengajarkan itu kepadanya. Sudah pasti Paulus-lah
orangnya. Mengapa perlu mengingat Paulus ketika Timotius menderita karena
melayani? Sebab Paulus-pun sedang menderita dalam penjara. Dengan kata lain,
Timotius diminta untuk menjadikan Paulus sebagai teladan dalam pelayanan dan
panutan ketika menghadapi penderitaan.
RELEVANSI /
APLIKASI
Terdapat beberapa
hal yang menjadi pokok perhatian kita pada bacaan ini untuk dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, yakni:
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan beribadah kepadanya tidak akan luput dari penderitaan . Ini memberikan kesan yang cukup kuat bahwa sebagai orang percaya kita harus membangun mentalitas teguh untuk siap menghadapi penderitaan oleh karena iman percaya kita kepada Kristus.
Menderita bukan hanya berarti menyongsong penderitaan, tetapi siap menderita juga berarti: mampu bertahan dari berbagai tekanan apapun, menyiapkan diri menghadapi persoalan, menyiapkan hati menghadapi tantangan. Hal ini sangat dibutuhkan terutama menghadapi berbagai perjalanan kehidupan di dunia ini entah pekerjaan, pendidikan bahkan masalah rumah tangga sekalipun.
Sebagai orang Kristen kita diminta untuk tetap teguh dan kuat. Jatuh harus bangkit lagi; menghadapi jalan buntu tetap berjuang untuk menemukan jalan keluar; bahkan mampu membuat lompatan-lompatan besar di tengah tantangan apapun yang dihadapi.
Inilah yang harus diajarkan kepada anak-anak kita, generasi generasi yang lebih muda bahwa menjadi seorang Kristen bukan menjadi seorang yang gampangan, bukan seorang yang mentalitas instan, bukan seorang yang cepat menyerah. Sebagaimana Paulus yang siap menderita dan teguh iman di dalam penjara dan sebagaimana Timotius diajarkan untuk tetap bertahan. Demikianlah dari generasi ke generasi orang percaya harus berani tampil beda yakni para pejuang yang tidak mudah menyerah pada ketidaknyamanan ataupun penderitaan.
2. Orang jahat ada di mana-mana. Ayat 13 ini memberi pesan yang cukup kuat kepada Timotius bahwa walaupun kejahatan seakan semakin menang daripada kebaikan, dan kenyataan ini sulit diterima, Paulus mengajarkan kepada Timotius untuk tetap melakukan kebenaran. Orang banyak mungkin akan tergoda untuk berhenti melakukan kebaikan dengan anggapan toh kejahatan tetap menang. Hari ini kita diajarkan walaupun terlihat kalah, kebenaran tetaplah kebenaran. Sebab walaupun Paulus dibelenggu Firman Tuhan tidak dapat dibelenggu (2:9).
Bagian ini mau menekankan supaya orang percaya berani tampil beda. Kita harus berani mengatakan TIDAK kepada kejahatan. Bahkan lebih daripada itu Paulus mengatakan dalam Roma 12:21 bahwa kita mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
3. Pada ayat 14, Paulus meminta Timotius untuk menjadikannya sebagai Teladan. Kita juga dipanggil sebagai orang tua untuk menjadi teladan bagi anak-anak kita. Kita harus berdiri sebagai pribadi yang benar di hadapan Allah sebagai sosok tempat di mana anak-anak mendapatkan pengajaran yang benar dan menjadikan kita sebagai figur yang diteladani.
Jadilah
teladan yang baik bagi anak-anak dan bukan sebaliknya yakni menjadi batu
sandungan bagi mereka. Karena kita adalah SURAT KRISTUS yang terbuka (2Kor.3:3)
dan akan di “baca” oleh banyak orang, maka prilaku hidup yang layak diteladani
haruslah kita miliki. Amin.
No comments:
Post a Comment